KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa,
berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dalam
bidang studi Biologi Lingkungan yang
bertemakan “Keanekaragaman Hayati (Biodiversitas) “.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini
masih jauh dari sempurna dan juga masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu,
kritik, gagasan dan saran selalu penyusun harapkan demi kesempurnaan makalah
ini.
Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan iringan
serta harapan semoga tulisan sederhana ini semoga dapat diterima dan bermanfaat
bagi semua pembaca. Khususnya bagi mahasiswa-mahasisiwi Fakultas Keguruaan dan
Ilmu Pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan dan pengembangan keterampilan
kependidikan demi terciptanya pendidik professional
Atas
semua ini kami mengucapkan terimakasih bagi segala pihak yang telah ikut
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Sukoharjo, 8 Juni 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG MASALAH
B.
RUMUSAN
MASALAH
C. TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP KEANEKARAGAMAN HAYATI (BIODIVERSITAS)
B. TINGKAT KEANEKARAGAMAN HAYATI.
C. KEANEKARAGAMAN HAYATI DI INDONESIA
D. MANFAAT DAN NILAI KEANEKARAGAMAN HAYATI
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Kita
ketahui bahwa Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki keaneka
ragaman hayati tertinggi didunia. Di dunia ini tidak ada dua individu yang benar-benar
sama. Setiap individu memiliki ciri-ciri khusus yang berbeda sehingga
menunjukkan adanya keanekaragaman makhluk hidup di Bumi ini. Kekhasanan dan
tingginya tingkat keanekaragaman makhluk hidup sangat bermanfaat untuk
kelangsungan hidup umat manusia. Keanekaragaman makhluk hidup yang ada di Bumi
ini disebut sebagai keanekaragaman hayati.
Keanekaragaman hayati
(biodiversitas) adalah keanekaragaman organisme yang menunjukkan keseluruhan
variasi gen, jenis, dan ekosistem pada suatu daerah. Keanekaragaman hayati
melingkupi berbagai perbedaan atau variasi bentuk, penampilan, jumlah, dan
sifat-sifat yang terlihat pada berbagai tingkatan, baik tingkatan gen,
tingkatan spesies, maupun tingkatan ekosistem. Gampangnya, keanekaragaman
hayati adalah semua jenis perbedaan antar mahkluk hidup.
Definisi yang lain
menyatakan bahwa biodiversitas sebagai diversitas kehidupan dalam semua
bentuknya, dan pada semua level organisasi. Dalam semua bentuknya menyatakan
bahwa biodiversitas mencakup tumbuhan, binatang, jamur, bakteri dam
mikroorganisme yang lain. Semua level organisasi menunjukkan bahwa
biodiversitas mengacu pada diversitas gen, speses dan ekosistem.
Keanekaragaman hayati
adalah keanekaragaman makhluk hidup yangmenunjukkan keseluruhan variasi gen,
spesies dan ekosistem di suatu daerah. Adadua faktor penyebab keanekaragaman
hayati, yaitu faktor genetik dan faktor luar. Faktor genetik bersifat relatif konstan atau stabil pengaruhnya terhadap
morfologiorganisme. Sebaliknya, faktor luar relatif stabil pengaruhnya terhadap
morfologi organisme. Keanekaragaman hayati dapat terbentuk karena adanya
keseragaman dan keanekaragaman untuk sifat atau ciri makhluk hidup.
Keanekaragam hayati dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan. Saat ini
tekanan terhadap keanekaragaman hayati makin tinggi. Kemajuan tekhnologi telah mengubah fungsi
berbagai flora dan fauna sebagai hasil hutan. Akibatnya dimasa mendatang
diramalkan degradasi lingkungan makin tinggi. Oleh karena itu keaekaragaman
hayati perlu dilestarikan.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Apakah yang dimaksud dengan keanekaragaman
hayati atau biodiversitas?
2. Bagaimanakah tingkatan dalam keanekaragaman hayati?
3. Bagaimana dengan keanekaragaman hayati di Indonesia?
4. Apa saja manfaat dan nilai yang terkandung dalam keanekaragaman hayati?
C. TUJUAN
Makalah ini selain disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Biolingkungan, juga untuk menambah wawasan atau pengetahuan kita
mengenai konsep, tingkatan keanekaragaman hayati,biodiversitas di Indonesia serta
mengetahui dan merealisasikan manfaat dan nilai yang terkandung dalam
keanekaragaman hayati.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Keanekaragaman Hayati (Biodiversitas)
Keanekaragaman adalah semua kumpulan benda yang bermacam-macam, baik
ukuran, warna, bentuk, tekstur dan sebagainya. Hayati yaitu menunjukkan sesuatu
yang hidup. Jadi keanekaragaman hayati menggambarkan bermacam-macam makhluk
hidup (organisme) penghuni biosfer. Keanekaragaman hayati disebut juga
“Biodiversitas”. Keanekaragaman atau keberagaman dari makhluk hidup dapat
terjadi karena akibat adanya perbedaan warna, ukuran, bentuk, jumlah, tekstur,
penampilan dan sifat-sifat lainnya.
Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup yang menunjukkan
keseluruhan variasi gen, spesies dan ekosistem di suatu daerah. Ada dua faktor penyebab keanekaragaman hayati,
yaitu faktor genetik dan faktor luar. Faktor genetik bersifat relatif konstan
atau stabil pengaruhnya terhadap morfologi organisme. Sebaliknya, faktor luar
relatif stabil pengaruhnya terhadap morfologi organisme. Lingkungan atau faktor
eksternal seperti makanan, suhu, cahaya matahari, kelembaban, curah hujan dan
faktor lainnya bersama-sama faktor menurun yang diwariskan dari kedua induknya
sangat berpengaruh terhadap fenotip suatu individu. Dengan demikian fenotip
suatu individu merupakan hasil interaksi antara genotip dengan lingkungannya
Keanekaragaman hayati dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan, mulai dari
organisme tingkat rendah sampai organisme tingkat tinggi. Misalnya dari mahluk
bersel satu hingga mahluk bersel banyak dan tingkat organisasi kehidupan
individu sampai tingkat interaksi kompleks, misalnya dari spesies sampai
ekosistem. Keanekaragam
hayati merupakan ungkapan pernyataan terdapatnya berbagai macam variasi,
bentuk, penampilan, jumlah dan sifat yang terlihat pada berbagai tingkatan
ekosistem, tingkatan jenis dan tingkatan genetik.
Keanekaragaman hayati menurut UU no 50 tahun 1994 adalah
keanekaragaman diantara makhluk hidup dari semua sumber yang termasuk
diantaranya dataran, ekosistem ekuatik lain, serta komplek-komplek ekologi yang
merupakan bagian dari keanekaragamannya, mencakup keanekaragaman dalam spesies
, antara spesies dan ekosistem.
B. Tingkat Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman
hayati dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan, mulai dari organisme
tingkat rendah sampai tingkat tinggi. Secara garis besar, keanekaragaman hayati
terbagi menjadi tiga tingkatan yaitu
1. Keanekaragaman Hayati Tingkat Gen
Keanekaragaman gen merupakan sifat yang terdapat dalam satu jenis. Dengan
demikian tidak ada satu makhluk pun yang sama persis dalam penampakannya.
dengan tekhnik budaya semakin banyak jenis tumbuhan hasil rekayasa genetik
seperti padi, jagung, ketela, semangka tanpa biji, jenis-jenis mangga, dan
sebagainya. Yang membuat variasi tadi adalah :
Rumus : F = G + L
F = fenotip
G = genotip
L = lingkungan
Jika G berubah karena suatu hal (mutasi dll) atau L berubah maka
akan terjadi perubahan di F. Perubahan inilah yang menyebabkan terjadinya
variasi tadi.
Perlu kita ketahui bahwa perangkat genetik
mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Misalnya, dua individu memiliki
perangkat gen yang sama hidup dilingkungan yang berbeda maka kedua individu tersebut
dapat saja memunculkan ciri dan sifat yang berbeda. Keadaaan sebaliknya dapat
juga terjadi dua individu yang memiliki perangkat gen yang berbeda, tetapi
hidup dilingkungan yang sama dapat memunculkan ciri yang sama. Hal ini terlihat
jelas bahwa dalam spesies yang sama dapat terjadi keanekaragaman susunan gen
sehingga memunculkan variasi antara individu. Begitu banyak kemungkinan susunan
gen pada setiap individu dalam satu spesies, menyebabkan tidak adanya individu
yang benar-benar sama dalam segala hal, sekalipun saudara kembar. Keanekaragam
inilah yang disebut sebagai keanekaragaman individu yang terjadi akibat
keanekaragaman pada tingkat genetik.
2. Keanekaragaman Hayati
Tingkat Jenis (Spesies)
Perbedaan-perbedaan pada berbagai spesies
makhluk hidup di suatu tempat disebut keanekaragaman spesies.
Biasanya dijumpai pada suatu tempat yang dihuni kumpulan makhluk
hidup dari berbagai spesies (komunitas). Keanekaragaman ini lebih mudah
diamati daripada Keanekaragaman gen. Keanekaragaman hayati tingkat ini dapat
ditunjukkan dengan adanya beraneka macam jenis mahluk hidup baik yang termasuk
kelompok hewan, tumbuhan dan mikroba.Misalnya: variasi dalam satu famili antara
kucing dan harimau. Mereka termasuk dalam satu famili(famili/keluarga Felidae)
walaupun ada perbedaan fisik, tingkah laku dan habitat.
3. Keanekaragaman Hayati Tingkat Ekosistem
Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada suatu
struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara organisme dan anorganisme. Matahari sebagai sumber dari semua energi yang ada. Dalam
ekosistem, organisme dalam komunitas berkembang bersama-sama dengan lingkungan
fisik sebagai suatu sistem. Semua makhluk hidup
berinteraksi dengan lingkungannya yang berupa faktor biotik dan abiotik. Faktor
biotik meliputi berbagai jenis makhluk hidup lain, sedangkan yang termasuk
faktor abiotik adalah iklim, cahaya, suhu, air, tanah, kelembapan, dan sebagainya. Baik faktor biotik
maupun abiotik sangat bervariasi. Oleh karena itu, ekostem yang merupakan
kesatuan dari biotik dan abiotik pun bervariasi pula.
Didalam ekosistem, komponen biotik harus dapat
berinteraksi dengan komponen biotik lainnya dan juga dengan komponen abiotik
agar tetap bertahan hidup. Jadi, interaksi antar organisme didalam ekosistem
ditentukan oleh komponen biotik dan abiotik yang menyusunnya.Komponen biotik
sangat beranekaragam dan komponen abiotik berbeda kulitas dan kuantitasnya,
perbedaan komponen-komponen penyusun tersebut mengakibatkan perubahan dari
interaksi yang ada sehingga menciptakan ekosistem yang berbeda pula. Jadi
jelaslah bahwa keanekaragaman hayati pada tempat yang berlainan akan menyusun
ekosistem yang berbeda.
Di bumi ada bermacam-macam ekosistem, yaitu ekosistem alam dan
buatan. Secara garis besar ekosistem alam dibedakan menjadi ekosistem darat
dan ekosistem perairan. Ekosistem perairan dibedakan atas ekosistem air tawar
dan ekosistem air laut.
1. Ekosistem Darat (Terestrial)
Ekosistem darat ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa daratan.
Berdasarkan letak geografisnya (garis lintangnya), ekosistem darat yaitu
sebagai berikut.
a. Bioma Gurun
Gurun dan setengah
gurun banyak ditemukan di Amerika Utara, Afrika Utara, Australia dan Asia
Barat. Karakteristik dari bioma ini yaitu curah hujan sangat
rendah, + 25 cm/tahun. Perbedaan suhu siang hari dengan malam hari sangat tinggi (siang dapat
mencapai 45 C, malam dapat turun sampai 0 C). Vegetasi di daerah gurun di dominasi oleh tanaman kaktus, sukulen,
dan berbagai tanaman xerofit. Hewan yang menghuni daerah gurun umumnya adalah serangga, hewan pengerat, ular dan kadal. Contoh bioma gurun
adalah Gurun Sahara di Afrika, Gurun Gobi di Asia, Gurun Anzo Borrega di
Amerika.
b. Bioma Padang Rumput
Bioma padang rumput terbentang dari daerah tropika sampai ke sub tropika.Ciri-ciri bioma padang rumput yaitu curah hujan 25 - 50 cm per
tahun dan hujan turun tidak teratur. Vegetasi yang mendominasi adalah rerumputan. Hewannya adalah bison, Zebra,
kanguru, singa, harimau, anjing liar, ular, rodentia, belalang dan burung.
Contoh bioma padang rumput antara lain Amerika Utara, Rusia, Afrika Selatan,
Asia dan Indonesia (Sumbawa).
c.
Bioma Hutan Hujan Tropis
Bioma ini berada di daerah tropik, yaitu di
Indonesia, India, Thailand, Brazil, Kenya, Costa Rica, dan Malaysia. Curah
hujan tinggi yaitu 200 – 255 cm per tahun, matahari bersinar sepanjang tahun.
Jenis tumbuhan sangat banyak dan komunitasnya sangat kompleks. Tumbuhan tumbuh
dengan subur, tinggi, serta banyak cabang dengan daun yang lebat sehingga
membentuk tudung atau kanopi. Tumbuhan khas adalah kelompok liana, yaitu
tumbuhan yang merambat, misalnya rotan, dan tumbuhan epifit yaitu tumbuhan yang
menempel pada tumbuhan lain, misalnya anggrek. Binatang yang menghuni hutan
hujan tropik adalah berbagai macam burung, kera, babi hutan, tupai, macan,
gajah, dan rusa dan hewan yang bersifat nokturnal.
d. Bioma Hutan Gugur
Hutan
gugur terdapat di daerah subtropik di Eropa Barat, Korea, Jepang utara, dan
Amerika Timur. Bioma ini memiliki curah hujan 75 – 100 cm per tahun. Mempunyai 4 musim: musim panas, musim dingin, musim gugur dan musim
semi. Keanekaragaman jenis tumbuhan lebih
rendah daripada bioma hutan tropis. Tumbuhan yang ada terutama mapel, oak,
beech, yang selalu menggugurkan daunnya pada musim gugur. Hewan-hewan yang umum
adalah rusa, beruang, dan rubah, racoon, burung pelatuk, dan serangga.
e.
Bioma Taiga
Taiga terdapat di
belahan bumi sebelah utara dan di pegunungan daerah tropik, misalnya di Rusia dan Eropa Utara, Kanada,
dan Alaska. Ciri-cirinya adalah
suhu di musim dingin rendah. Biasanya taiga merupakan hutan yang tersusun atas
satu spesies seperti konifer (pohon spruce, alder, dan birch), pinus, dan
sejenisnya. Semak dan tumbuhan basah sedikit sekali, Hewannya antara lain
moose, beruang hitam, ajag, dan burung-burung yang bermigrasi ke selatan pada
musim gugur.
f.
Bioma
Tundra
Tundra terdapat di belahan bumi sebelah utara di dalam lingkaran kutub
utara dan terdapat di puncak-puncak gunung tinggi. Daerah ini
beriklim kutub, sehingga selalu tertutup salju. Pertumbuhan
tanaman di daerah ini hanya 60 hari. Tumbuhan yang
ada terutama adalah lumut Sphagnum dan lumut kerak. Tumbuhan tahunan hampir tidak ada. Hewan-hewan yang ada adalah beruang
kutub, burung, nyamuk, lalat hitam, serigala kutub, reinder, dan caribou bull
(sebangsa rusa).
g. Bioma Karst
Karst berawal dari nama kawasan batu
gamping di wilayah Yugoslavia.
Kawasan karst di Indonesia
rata-rata mempunyai ciri-ciri yang hampir sama yaitu, tanahnya kurang subur
untuk pertanian, sensitif terhadap erosi, mudah longsor, bersifat rentan dengan pori-pori aerasi yang rendah, gaya permeabilitas yang lamban dan didominasi oleh pori-pori mikro. Contoh bioma Karst
terdapat di daerah Gunung Kidul.
2. Ekosistem Perairan (Akuatik)
a.
Ekosistem Air Tawar
Ekosistem
air tawar memiliki kadar garam rendah. Air tawar memiliki kemampuan menyerap
panas dari cahaya matahari sehingga perubahan suhu tidak terlalu besar.
Berdasarkan ada tidaknya arus, ekosistem air tawar dibedakan menjadi ekosistem
lentik (air tidak mengalir) misalnya danau, kolam, rawa, serta ekosistem lotik
(air mengalir) misalnyasungai.Tumbuhan yang menghuni lingkungan perairan tawar
meliputi tumbuhan yang berukuran besar (makrohidrofita) serta tumbuhan yang
berukuran kecil, yaitu ganggang. Tumbuhan biji di ekosistem air tawar misalnya
teratai dan eceng gondok. Sedangkan tumbuhan yang berukuran mikroskopik
misalnya ganggang biru, ganggang hijau, dan diatomae. Hewan yang menghuni air tawar
adalah udang-udangan, ikan, dan serangga.
b. Ekosistem
Air Laut
Bioma
air laut luasnya lebih dari dua pertiga permukaan bumi. Bioma air laut kurang
terpengaruh oleh perubahan iklim dan cuaca. Ciri khas air laut adalah mempunyai
kadar garam yang tinggi. Kadar garam rata-rata air laut adalah 35 ppm (part per
million). Di daerah khatulistiwa kadar garamnya lebih tinggi daripada di daerah
yang jauh dari khatulistiwa.Organisme laut memiliki pola adaptasi terhadap
tekanan osmosis sir laut yang tinggi dengan cara yang berlawanan dengan
organisme air tawar.
c. Ekosistem Estuari
Estuari (muara) merupakan wilayah perairan tempat pertemuan antara sungai dan laut atau
disebut muara sungai. Muara sungai disebut pantai lumpur.
Estuari mempunyai ciri berair payau dengan tingkat salinitas di antara air tawar dan laut. Vegetasi didominasi oleh tumbuhan bakau dan rumput laut. Beberapa organisme laut melakukan perkembangbiakan di wilayah ini seperti ikan, ganggang, dan fitoplankton, udang dan moluska yang dapat dimakan. Estuari banyak terdapat di wilayah Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Nutrien dari sungai memperkaya daerah estuari.
Estuari mempunyai ciri berair payau dengan tingkat salinitas di antara air tawar dan laut. Vegetasi didominasi oleh tumbuhan bakau dan rumput laut. Beberapa organisme laut melakukan perkembangbiakan di wilayah ini seperti ikan, ganggang, dan fitoplankton, udang dan moluska yang dapat dimakan. Estuari banyak terdapat di wilayah Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Nutrien dari sungai memperkaya daerah estuari.
d. Ekosistem Pantai
Habitat laut (oseanik) ditandai oleh
salinitas (kadar garam) yang tinggi dengan ion CI- mencapai 55%
terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan besar. Di
daerah tropik, suhu laut sekitar 25 °C. Perbedaan suhu bagian atas dan
bawah tinggi, sehingga terdapat batas antara lapisan air yang panas di bagian
atas dengan air yang dingin di bagian bawah yang disebut daerah termoklin. Dinamakan demikian karena yang paling banyak tumbuh di gundukan pasir adalah tumbuhan Ipomoea pes caprae yang tahan terhadap
hempasan gelombang dan angin. Tumbuhan yang hidup di ekosistem ini menjalar dan berdaun tebal.
e. Ekosistem Sungai
Sungai adalah suatu badan air yang
mengalir ke satu arah. Air sungai dingin dan jernih serta mengandung sedikit
sedimen dan makanan. Aliran air dan gelombang secara konstan memberikan oksigen
pada air. Suhu air bervariasi sesuai dengan ketinggian dan garis lintang.
Komposisi komunitas hewan juga berbeda antara sungai, anak sungai, dan hilir.
Di anak sungai sering dijumpai ikan air tawar. Di hilir sering dijumpai ikan
lele dan gurame. Beberapa sungai besar dihuni oleh berbagai kurakura dan
ular. Khusus sungai di daerah tropis, dihuni oleh buaya dan lumba-lumba.
f. Ekosistem Terumbu Karang
Di laut tropis, pada daerah neritik, terdapat suatu
komunitas khusus yang terdiri dari karang batu clan organisme-organisme lainnya.
Komunitas ini disebut terumbu karang. Daerah komunitas ini masih dapat ditembus
cahaya matahari sehingga fotosintesis dapat berlangsung.
Terumbu karang didominasi oleh karang (koral) yang
merupakan kelompok Cnidaria yang mensekresikan kalsium karbonat. Rangka dari
kalsium karbonat ini bermacam-macam bentuknya dan menyusun substrat tempat
hidup karang lain dan ganggang.Hewan-hewan yang hidup di karang memakan
organisme mikroskopis dan sisa organik lain. Berbagai invertebrata, mikroorganisme,
dan ikan hidup di antara karang clan ganggang. Herbivor seperti siput, landak
laut, ikan, menjadi mangsa bagi gurita, bintang laut, dan ikan karnivor.
g. Ekosistem Laut Dalam
Merupakan zona pelagik laut.
Ekosistem ini berda pada kedalaman 76000 m dari permukaan laut. Sehingga tidak
ada lagi cahaya matahari, oleh karena itu produsen utama di ekosistem ini
merupakan organisme kemoautrotof. Biasanya
terdapat lele laut dan ikan laut yang dapat mengeluarkan cahaya (bioluminisensi). Sebagai produsen terdapat bakteri yang bersimbiosis dengan karang
tertentu.
h. Ekosistem Lamun
Lamun atau seagrass adalah
satu‑satunya kelompok tumbuh-tumbuhan berbunga yang hidup di lingkungan laut.
Tumbuh‑tumbuhan ini hidup di habitat perairan pantai yang dangkal.
3. Ekosistem Buatan
Ekosistem buatan adalah ekosistem
yang diciptakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Ekosistem buatan
mendapatkan subsidi energi dari luar, tanaman atau hewan peliharaan didominasi
pengaruh manusia, dan memiliki keanekaragaman rendah. Contoh ekosistem buatan
adalah:
f.
Ekosistem
ruang angkasa.
C. Keanekaragaman hayati di Indonesia
1.
FLORA:
Alfred Russel Wallace mengemukakan konsep tentang garis Wallace, yaitu
garis khayal yang membagi dua wilayah berdasarkan perbedaan kelompok tumbuhan
dan hewan. Sedangkan Weber (Zoolog dari Jerman), mengamati bahwa hewan-hewan
yang berada di Sulawesi tidak sepenuhnya seperti hewan di Australia tetapi
mirip pula hewan dari daerah Oriental. Sehingga Weber menyatakan Sulawesi
merupakan wilayah peralihan antara Oriental dan Australia (peralihan daerah
Barat dan Timur). Indonesia termasuk dalam Indo Malesiana yang terdiri atas Indonesia,
Filipina, Semenanjung Malaya, dan Papua Nugini. Contoh tanamannya : rotan,
jati, cendana, kayu hitam, meranti, anggrek, mahoni dan lain-lain. Sedangkan
Indo Autralia terdapat hutan kayu putih, sagu, matoa dll. Memiliki Tumbuhan (Flora) Bertipe Malesiana Malesiana merupakan suatu
kawasan botani dunia yang meliputi Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua nugini,
dan kepulauan Solomon. Misalnya pohon kayu ramin yang tersebar di Sumatra, Kalimantan dan Maluku.
2. FAUNA :
1. Wilayah Indonesia Barat (Oriental) :
a.
Mamalia berukuran
besar.Misalnya : gajah Sumatra (Elephas maximus sumatrensis), banteng (Bos
sondaicus), harimau sumatra (Panthera tigris sondaicus)
b.
Banyak jenis
primata.Misalnya : orang utan sumatra (Pongo pygmaeus obelii), orang
utan Kalimantan (Pongo pygmaeus pygmaeus), kera (Macaca fascicularis)
c.
Warna bulu burung
kurang menarik dan tidak beragam.Misalnya : burung Rangkong (Rhinoplax vigil),
murai (Myophoneus sp)
d.
Sumatera, Jawa, dan
Kalimantan. Contoh : gajah, badak, harimau, kera, siamang, orang utan.
- Wilayah Indonesia Timur (Australia) :
a.
Mamalia berukuran lebih Kecil.
b.
Memiliki mamalia
berkantong. Misalnya walabi kecil (Dorcopsulus)vanheurni), walabi semak
(Thylogale bruijni), kanguru pohon (Dendrolagus ursinus)
c.
Warna bulu burung lebih
menarik dan beragam.Misalnya burung cendrawasih (Paradisaea minor),
burung kasuari (Casuarius casuarius)
d.
Terdapat di Papua dan sekitarnya.
Contoh : kanguru, koala, kakatua, cendrawasih, kasuari, nuri dll.
- Wilayah Indonesia Tengah (peralihan) :
a.
Pada daerah peralihan atau transisi
Oriental-Australis (Sulawesi dan Nusa Tenggara) terdapat hewan-hewan dengan
ciri khas tersendiri. Misalnya : komodo (Varanus komodoensis) di Pulau
Komodo (NTT), babi rusa (Babyrousa babyrussa), anoa (Bubalus
depressicornis), dan burung maleo (Macrocephalon maleo) di Sulawesi
b.
Sulawesi, Nusa
Tenggara, dan Maluku. Contoh : kalong, kuda, tapir, anoa, tarsisius, babirusa,
dan komodo.
3. Memiliki Hewan Dan Tumbuhan Endemik
Di Indonesia terdapat jenis hewan dan tumbuhan endemik yang tidak terdapat
di negara- negara lain. Beberapa contoh
hewan tersebut adalah komodo di pulau komodo badak bercula satu di ujung kulon
– banten. Dan contoh tumbuhannya yaitu bunga raflesia di hutan bengkulu dan matoa di Papua.
4.
Memiliki Tumbuhan Dan
Hewan Berstatus Langka
•
Hewan Langka :
1. Badak Sumatra (Dicerorhinus sumatrensis)
2. Harimau sumatra (Panthera tgris sumatrae)
3. Tapir (Tapirus indicus)
4. komodo (Varanus komodoensis)
•
Tumbuhan Langka :
1. Matoa (Pometia pinnata)
2. Gandaria (Bouea macrophylle)
3. Badali (Raermachera gigantea)
4. Sawo kecik (Manilkara kauki)
Bendo (Artrocarpus elasticus
D. Manfaat dan Nilai Keanekaragaman Hayati
1. Sebagai Sumber Pangan, Perumahan, dan Kesehatan
Kehidupan manusia sangat bergantung pada keanekaragaman
hayati. Hewan dan tumbuhan yang kita manfaatkan saat ini (misalnya ayam,
kambing, padi, jagung) pada zaman dahulu merupakan hewan dan tumbuhan liar,
yang kemudian dibudidayakan karena memiliki sifat-sifat unggul yang diharapkan
manusia. Misalnya: ayam dibudidayakan karena menghasilkan telur dan daging.
Padi dibudidayakan karena menghasilkan beras. Hal ini seperti yang tertulisa
dalam firman Allah dalam Al-Qur’an surat Abasa ayat 24-34 diperoleh pengertian
bahwa manusia dapat mengambil manfaat dari tumbuh-tumbuhan tersebut untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia.
2. Sebagai Sumber Plasma Nutfah
Beberapa jenis hewan, tumbuhan, dan mikroba yang saat
ini belum diketahui kegunaannya tidak perlu dimusnahkan, karena mungkin saja di
masa yang akan datang akan memiliki peranan yang sangat penting. Misalnya:
tanaman mimba (Azadirachta indica). Dahulu tanaman ini hanya merupakan tanaman
pagar, tetapi saat ini diketahui mengandung zat azadiktrakhtin yang memiliki
peranan sebagai anti hama dan anti bakteri. Adapula jenis ganggang yang
memiliki kendungan protein tinggi, yang dapat digunakan sebagai sumber makanan
masa depan misalnya Chlorella. Buah pace (mengkudu) yang semula tidak
dimanfaatkan, sekarang diketahui memiliki khasiat untuk meningkatkan kebugaran
tubuh, mencegah dan mengobati penyakit tekanan darah. Di hutan atau lingkungan
kita, masih terdapat tumbuhan dan hewan yang belum dibudidayakan, yang mungkin
memiliki sifat-sifat unggul. Itulah sebabnya dikatakan bahwa hutan merupakan
sumber plasma nutfah (sifat-sifat unggul).
3. Manfaat Ekologi
Selain berfungsi untuk menunjuang kehidupan manusia,
keanekaragaman hayati memiliki peranan dalam mempertahankan keberlanjutan
ekosistem. Masing-masing jenis organisme memiliki peranan dalam ekosistemnya.
Peranan ini tidak dapat digantikan oleh jenis yang lain. Misalnya: burung hantu
dan ular di ekosistem sawah merupakan pemakan tikus. Jika kedua pemangsa ini
dilenyapkan oleh manusia, maka tidak ada yang mengontrol populasi tikus.
Akibatnya perkembangbiakan tikus meningkat cepat dan di mana-mana terjadi hama
tikus.
Tumbuhan merupakan penghasil zat organik dan oksigen, yang dibutuhkan oleh
organisme lain. Selain itu, tumbuh-tumbuhan dapat membentuk humus, menyimpan
air tanah, dan mencegah erosi. Keanekaragaman yang tinggi memperkokoh
ekosistem. Ekosistem dengan keanekaragaman yang rendah merupakan ekosistem yang
tidak stabil. Bagi manusia, keanekaragaman yang tinggi merupakan gudang
sifat-sifat unggul (plasma nutfah) untuk dimanfaatkan di kemudian hari.
4. Manfaat Keilmuan
Keanekaragaman hayati merupakan lahan penelitian dan
pengembangan ilmu yang sangat berguna untuk kehidupan manusia.
5. Manfaat Keindahan
Keindahan alam tidak terletak pada keseragaman tetapi
pada keanekaragaman. Berbagai jenis tumbuhan digunakan untuk tanaman hias. Beberapa jenis hewan
juga dimanfaatkan manusia karena keindahan atau kemerduan suaranya, misalnya
burung.
6. Konservasi (Perlindungan) Keanekaragaman Hayati
Konservasi keanekaragaman hayati atau biodiversitas
sudah menjadi kesepakatan internasional. Objek keanekaragaman hayati yang
dilindungi terutama kekayaan jenis tumbuhan (flora) termasuk di dalmnya lumut
dan paku-pakuan dan kekayaan jenis hewan (fauna) serta mikroorganisme misalnya
bakteri, jamur.
Tempat perlindungan keanekaragaman hayati di Indonesia telah diresmikan
oleh pemerintah. Lokasi perlindungan tersebut misalnya berupa Taman Nasional,
Cagar Alam, Hutan Wisata, Taman Hutan Raya, Taman Laut, Wana Wisata, Hutan
Lindung, dan Kebun Raya. Tempat-tempat tersebut memiliki makna yang
berbeda-beda meskipun fungsinya sama yaitu untuk tujuan konservasi.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Makhluk
hidup di dunia ini sangat beragam. Keanekaragaman makhluk hidup tersebut
disebut dengan sebutan keanekaragaman hayati atau biodiversitas. Setiap sistem
lingkungan memiliki keanekaragaman hayati yang berbeda. Keanekaragaman hayati
ditunjukkan oleh adanya berbagai variasi bentuk, ukuran, warna, dan sifat-sifat
dari makhluk
hidup lainnya. Indonesia terletak di daerah tropik yang memiliki keanekaragaman
hayati yang tinggi dibandingkan dengan daerah subtropik dan kutub.
Keanekaragaman hayati disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Terdapat interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan dalam mempengaruhi sifat makhluk hidup.
Keanekaragaman hayati disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Terdapat interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan dalam mempengaruhi sifat makhluk hidup.
Kegiatan
manusia dapat menurunkan keanekaragaman hayati, baik keanekaragaman gen, jenis
maupun keanekaragaman lingkungan. Namun di samping itu, kegiatan manusia juga
dapat meningkatkan keanekaragaman hayati misalnya penghijauan, pembuatan taman
kota, dan pemuliaan.Pelestarian keanekaragaman hayati dapat dilakukan secara in
situ dan ex situ.
B.
SARAN
Keanekaragaman
hayati perlu dilindungi dan dilestarikan karena dengan adanya keseimbangan
dalam suatu lingkungan hidup akan menimbulkan interaksi yang baik antara
makhluk yang satu dengan yang lain sehingga alam akan selalu mendukung
kelanjutan kehidupan di muka bumi ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia/ keanekaragaman hayati - wikipedia bahasa indonesia, ensiklopedia bebas.html
http://www.artikellingkunganhidup.com/pengertian-ekosistem-lingkungan-hidup.html
Saktiyono.2006.Seribu Pena Biologi SMA
Kelas X.Jakarta:Erlangga.
Stone,David.1997.Biodiversity of
Indonesia.Tien Wah Press, Singapore.
Odum,E
P, Samingan T(penerjemah), Dasar – dasar ekologi. Yogyakarta :
Gadjah mada University Press, 1993.
Izin copy ya gan untuk bahan kuliah, Thanks
BalasHapusKunjungi juga http://www.adityaedwinfadil@gmail.com / http://www.fsaeflash.ol-shop.net
Izin copy kak, untuk tugas biologi
BalasHapusizin copy kk
BalasHapus